Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Abdul Rivai Ras, MM, MS, M.Si, IPU, ASEAN Eng yang akrab disapa ‘Bro Rivai’ , Calon Wakil Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Nomor periode 2024-2027 urut 5, menyampaikan tanggapan terkait sambutan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X yang membuka Kongres PII XXIII di Ballroom Hotel Royal Ambarrukmo, Kamis (5/12). Seminar ini bertema ‘Mendorong Pengembangan Teknologi Berbasis Kearifan Lokal’ dan dihadiri oleh 1300 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia.
“Saya sangat terkesan dan terinspirasi pada sambutan beliau yang antara lain menyatakan, dalam usaha memperbaiki kualitas teknologi, salah satunya adalah meningkatkan pengembangan teknologi yang bertumpu pada potensi dan kearifan lokal. Semuanya berbasis pada filosofi Cipta, Rasa, Karsa yang menghasilkan karya”, ujar Bro Rivai.
“Ketiga elemen tersebut”, tambah Ketua Bidang Pertahanan dan Industri Strategis Pengurus Pusat PII periode 2021-2024 ini, “yang mencakup daya pikir, perasaan, dan kehendak manusia—bukan hanya membentuk individu, tetapi juga dapat menjadi panduan dalam menciptakan teknologi dan solusi keinsinyuran yang menghormati kearifan lokal”.
Cipta, sebagai kemampuan intelektual, berperan dalam menghasilkan ide-ide kreatif. Dalam teknologi, cipta menjadi kunci untuk merancang inovasi yang tidak hanya canggih, tetapi juga sesuai dengan konteks budaya dan lingkungan. Sebagai contoh, seorang insinyur dapat memanfaatkan konsep arsitektur tradisional seperti rumah panggung atau rumah joglo untuk merancang bangunan modern yang ramah lingkungan dan tahan gempa. Dengan berpikir kreatif, warisan tradisional ini tidak hanya dilestarikan tetapi juga ditransformasikan menjadi solusi masa depan.
Namun, ide yang brilian tidak akan cukup tanpa rasa—yaitu kemampuan untuk merasakan dan memahami kebutuhan masyarakat. Melalui rasa, karya teknologi dapat mencerminkan nilai estetika, budaya, dan empati terhadap komunitas lokal. Misalnya, desain panel surya dengan pola batik bukan hanya memberikan nilai fungsional tetapi juga mencerminkan identitas budaya. Hal ini membuat teknologi lebih diterima, dihargai, dan relevan dalam kehidupan masyarakat.
Akhirnya, semua ini membutuhkan karsa, yaitu tekad dan kehendak kuat untuk mewujudkan ide-ide menjadi kenyataan. Karsa adalah semangat untuk terus menggali dan mengaplikasikan kearifan lokal dalam berbagai bentuk teknologi. Seorang insinyur, misalnya, dapat menciptakan platform digital untuk melestarikan cerita rakyat atau bahasa daerah, sehingga tradisi ini tidak hanya dilestarikan tetapi juga dapat berkembang dalam dunia digital.
Dengan menggabungkan cipta, rasa, dan karsa, karya teknologi dan keinsinyuran dapat menjadi lebih dari sekadar solusi modern. Ia bisa menjadi jembatan antara tradisi dan kemajuan, sebuah bentuk penghormatan terhadap masa lalu yang terus relevan di masa depan. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa dalam setiap inovasi, nilai-nilai budaya kita tetap hidup dan terus memberi manfaat bagi generasi mendatang.
“Apa yang disampaikan oleh Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono X tersebut patut menjadi rujukan berharga untuk para insinyur Indonesia dalam menata langkah ke depan lebih baik dengan senantiasa mengedepankan kearifan lokal yang kita miliki,”pungkas Bro Rivai bersemangat.