Prinsip Dasar Kode Etik Insinyur dapat Ditegakkan Hadapi Kongres PII XXIII

Setiap insan insinyur sesungguhnya wajib berpijak pada prinsip-prinsip perilaku etis dan standar integritas tertinggi.

Menurut Laksda TNI A. Rivai Ras, menjelang Kongres PII XXIII pada 5-7 Desember 2024 di Jogyakarta, prinsip kode etik insinyur menjadi basis kecendekiaan yang patut diterapkan dan dipatuhi bagi setiap anggotanya dalam membesarkan organisasi PII.

Perlu banyak gagasan tapi harus realistik, doable dan rasional. Tidak sekedar berdebat dan mengedepankan kepentingan sesaat yang dapat mengarah pada gejala disintegrasi soliditas organisasi.

Organisasi PII yang lahir pada tahun 1952 dan didirikan oleh Ir. H. Djoeanda Kartawidjaja dan Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo mencerminkan organisasi ini sudah berumur cukup tua dan mapan dan secara historis digagas oleh Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno.

Karena itu, marwah PII telah lama terpatri sebagai organisasi yang diteguhkan sebagai organisasi profesional bukan amatir sehingga Kongres kelak tidak lalu kemudian menjadi ajang pertemuan yang tidak produktif dan sifatnya sekedar serimonial, melainkan menyatukan semua pemikiran yang mampu membawa PII lebih maju ke depan. Demikan halnya juga jangan kemudian kita sekedar meniupkan terompet yang sebesar-besarnya tapi karya pengabdian dan kontribusinya terhadap organisasi hitungannya belum bermakna.

Beberapa prinsip dasar Kode Etik PII yang perlu ditegakkan antara lain, kita harus mengutamakan keluhuran budi, harus jujur dan dipercaya, menghindari perbuatan yang mengelabui, dan berperilaku terhormat, penuh tanggung jawab, taat hukum demi menjunjung tinggi martabat, reputasi, serta kedayagunaan profesi.

“Esensinya bahwa, mari kita berkongres secara terukur dan konstruktif, mengembankan budaya profesional, mendorong kepemimpinan transformasional dan bukan sebaliknya mewujudkan kepemimpinan transaksional”, tegas Laksda TNI A. Rivai Ras yang juga sebagai Calon Waketum PII 2024-2027.