Disela-sela acara Sosialisasi Calon Wakil Ketua Umum (Cawaketum) Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Tahap kedua, Senin siang (25/11) di Graha Rekayasa Indonesia, Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Abdul Rivai Ras, MM, MS, M.Si, IPU, ASEAN Eng yang akrab disapa ‘Bro Rivai’ berbicara tentang peran PII sebagai Technology Frontliner dan Tantangannya berkompetisi di kancah global.
Menurut Cawaketum nomor urut 5 ini,Dalam dunia yang kian terhubung, teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan tulang punggung peradaban modern. Di tengah pusaran perubahan ini, engineers atau insinyur menjadi garda depan, memainkan peran vital sebagai arsitek masa depan. Persatuan Insinyur Indonesia (PII), sebagai rumah besar para insinyur, adalah kunci dalam menghadapi dua tantangan utama: menjadi technology frontliner dan bersaing secara global.
Pertama, sebagai Technology Frontliner.
Insinyur Indonesia harus berada di garis depan dalam menjawab kebutuhan bangsa akan teknologi yang inovatif dan relevan. PII berperan sebagai jembatan penghubung antara riset, pengembangan, dan penerapan teknologi. Dengan menciptakan ekosistem yang mendukung, PII tidak hanya memfasilitasi pelatihan dan sertifikasi tetapi juga mendorong inovasi berbasis kebutuhan lokal. Contohnya, mengembangkan teknologi energi terbarukan untuk Indonesia yang kaya sumber daya, atau solusi teknologi untuk keberlanjutan urbanisasi.
Melalui sinergi dengan dunia akademik, industri, dan pemerintah, PII menjadi motor yang memastikan setiap teknologi yang dihasilkan mampu menjadi solusi nyata bagi tantangan bangsa. Dengan demikian, insinyur kita bukan hanya sebagai pengguna teknologi asing, tetapi pencipta teknologi strategis.
Kedua, menjadi kompetitor global.
Kompetisi di kancah global menuntut standar yang tinggi. PII memastikan insinyur Indonesia memiliki daya saing melalui sertifikasi yang diakui internasional. Melalui program professional engineer dan kerja sama lintas negara, insinyur kita mampu bersaing di pasar global, baik dalam sektor konstruksi, energi, manufaktur, hingga teknologi informasi.
Namun, bukan hanya soal sertifikasi atau keterampilan teknis. Kompetisi global juga menuntut pemikiran strategis dan kemampuan adaptasi. Di sinilah peran PII sebagai wadah pengembangan soft skills, kepemimpinan, dan kolaborasi lintas budaya menjadi sangat penting.
Mengapa hal ini penting?
Karena di era globalisasi, teknologi dan inovasi tidak mengenal batas geografis. Jika kita tidak mampu mengambil peran sebagai pemimpin, kita hanya akan menjadi pengikut. Sebagai bangsa yang besar, dengan kekayaan alam, potensi manusia, dan keberagaman budaya, Indonesia harus menempatkan insinyurnya di depan untuk membawa nama bangsa dalam arena kompetisi global.
Olehnya itu, pungkas Bro Rivai, melalui PII, kita semua, terutama para insinyur, memiliki tanggung jawab besar. Kita adalah pemimpin teknologi, bukan hanya untuk Indonesia, tetapi juga di panggung dunia. Dengan semangat kebersamaan, profesionalisme, dan inovasi, mari kita buktikan bahwa insinyur Indonesia adalah pilar kemajuan bangsa.
Sepakat dengan pendapat Bro Rivai.