Saat setelah jam kerja (after hours), Bro Rivai menyempatkan ngopi sore bareng dengan tokoh senior PII Bapak Ir. Rauf Purnama, mantan Waketum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) 2002-2004 dan Ketum PII periode 2004-2006, Jumat (15/11), di Teras Time Kompleks Bidakara Jakarta.
Pada kesempatan bertemu, Bro Rivai sekaligus menyampaikan selamat kepada Bapak Rauf Purnama atas diangkatnya sebagai Komisaris Utama Antam (ANTM) yang baru. Sebaliknya, Bro Rivai dihadiahkan 2 (dua) buku karya Rauf Purnama dengan judul “Industri Pupuk Majemuk” untuk Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani, dan “Pengalaman Mempersiapkan Pembangunan Industri.”

Pertemuan ini penuh kehangatan dengan diawali perbincangan ringan soal cerita masa lalu ketika masih aktif di PII hingga berlanjut dengan diskusi serius dengan membahas soal pengalamannya mempersiapkan pembangunan industri.
Sebagai seorang pemikir dan pelaku industri pupuk dan kimia, menurutnya ia terus berinovasi, untuk menjaga ketahanan pangan khususnya dalam mendorong terwujudnya swasembada beras.
Lalu, Bro Rivai pun seketika berguru dan menyerap berbagai pengalaman praktisnya dalam menyiapkan konsep industri dan infrastruktur yang digeluti selama ini, termasuk mendengarkan wejangan, pesan moral kepada para insinyur masa kini maupun bagi kemajuan PII kedepan.
Ia pun bercerita dengan semangat perihal praktik keinsinyurannya dan menjelaskan soal industri dan infrastruktur yang seharusnya kita pahami. Menurutnya Industri itu ada tiga yang saling terkait perlu kita ketahui yaitu: pertama upstream industry (industri hulu), kedua, intermediate industry (industri antara).
Ketiga downstream industry (industri hilir) yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai misalnya pakaian jadi, alat rumah tangga, alat kesehatan dan sebagainya. Upstream industry adalah industri yang high investment high technology high risk low/ medium return tapi strategik seperti refinery, industri petrokimia, industri logam dasar.
Ia menambahkan, kalau bangun upstream industry itu sudah termasuk infrastruktur seperti water treatment, pelabuhan, power plant dan sebagainya. Contoh industri yang pernah dilakukan seperti pembangunan refinery, industri pupuk, industri baja dan banyak lagi lainnya.
Dalam uraiannya, waktu Indonesia mulai membangun industri-industri tersebut belum ada infrastuktur, karena industri hulu investasinya tinggi maka tidak masalah bangun infrastruktur, tapi untuk industri downstream seperti bikin pakaian, bikin sepatu, bikin alat-alat rumah tangga, bikin tas dan seterusnya.
“Barang siap pakai memang perlu disiapkan infrastrukturnya karena modalnya rendah sehingga tidak mungkin bangun infrastruktur sendiri dan seharusnya untuk industri hilir yang investasinya rendah jangankan infrastruktur yang harus disiapkan seperti air, listrik, waste treatment, sebaiknya tanah dengan harga murah dan jika perlu disiapkan atau dikasih dengan harga murah,” jelasnya.
Mengapa demikian Pak Rauf?, tanya Bro Rivai spontan. Menurutnya karena industri hilir investasinya rendah lain dengan industri upstream ambil contoh untuk bangun industri methanol pemakaian gasnya perton methanol 32 mmbtu itu sudah termasuk untuk listrik, tapi untuk bikin asam asetat dari methanol itu perlu infrastruktur listrik dan air.
“Jadi untuk industri upstream listrik dan air juga pelabuhan sudah masuk dalam investasi. Oleh karena itu industri upstream investasinya tinggi, tapi untuk industri downstream semua sarana (infrastruktur) harus disiapkan karena modalnya rendah dan tidak mungkin menyiapkan infrastruktur sendiri,” terangnya.
Seperti diketahui, Rauf Purnama merupakan lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung pada 1970-an dan mulai merintis karir di sejumlah perusahaan swasta.
Rauf meniti karir sebagai Manajer Produksi PT Adiguna Shipyard (1972-1976). Selanjutnya menjadi Kepala Bagian Urea dan Amoniak, Staf Litbang, dan Kepala Biro Pengembangan PT Pupuk Kujang (1976-1990).
Kemudian Ia mendapat posisi strategis sebagai Direktur Litbang PT Petrokimia Gresik (1990-1995), Komisaris Utama PT Petronika (1995-2001), Anggota Dewan ASEAN Potash Mining Company Ltd. (1995-2001).
Setelah itu, dirinya diamanahkan untuk menjadi Direktur Utama PT Petrokimia Gresik (1995-2001) dan Direktur Utama PT ASEAN Aceh Fertilizer (2001-2006).
Perjalanan karirnya berlanjut ke sejumlah perusahaan lain mulai dari yang bergerak di industri kertas hingga batu bara. Selain meniti karir profesional, Dirinya juga pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Teknik Kimia ITB (2000).
Ketua Umum Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKKPII), Wakil Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (2002), wakil ketua Persatuan Produsen Pupuk Indonesia (2002), wakil ketua Persatuan Federasi Industri Kimia (2002).
Rauf Purnama juga diketahui merupakan Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran untuk Pilpres 2024.
Peran industri down stream akanbuat masyarakat srjahtera. Industri Up stream kita hrs upayakan via negara